Tutur Jatiluwih, lukisan serial subak karya Putu PW Winata
Seri lukisan subak Putu Winata dihasilkan berdasarkan riset yang dilakukan sang pelukis di Jatiluwih, kawasan persawahan subak bereputasi internasional di Bali. Jatiluwih merupakan bagian dari Lanskap Subak Catur Angga Batukaru, salah satu situs sistem subak pada lanskap budaya Bali yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Sawah berteras di Lanskap Subak Catur Angga Batukaru disebutkan dalam prasasti dari abad ke-10 sehingga merupakan salah satu yang tertua di Bali.
Meskipun demikian, lukisan-lukisan Putu yang bertema Jatiluwih bukan hanya berbicara mengenai lanskap. Karya-karya itu mencerminkan kompleks pengalaman fisik, visual, spiritual dan intelektual Putu tentang Jatiluwih. Kesan yang diperoleh dari interaksi dengan petani, berbagai cerita dan keluhan mereka, turut mewarnai ungkapan abstrak lukisan Putu. Putu tidak melukis Jatiluwih, melainkan berdialog akrab dengan Jatiluwih.
Dalam seri lukisan subak, Putu Winata menyelami warisan budaya kuno untuk menggali nilai-nilainya yang relevan dengan situasi kontemporer. Karya-karyanya mengangkat kearifan lokal menjadi pesan universal tentang pentingnya menjaga alam dan merawat nilai spiritual di dunia yang dihantui problem ekologis dan krisis kemanusiaan. Putu mengambil inspirasi dari khazanah dunia lokal untuk menciptakan karya yang menginspirasi dunia global ke arah kehidupan bersama yang lebih bersahabat dengan alam dan bermartabat.